Jumat, 08 Oktober 2010

Pesan tak tersampaikan


Duniaku kini mnyempit

menyisakan nafas bebasku dan mentup kedua mataku

dan jalan yang kulalui tak lagi setujuan

karena ia berlarian entah kemana

bukankah rasa ni ikhlas

bukankah rasa ni tulus

tapi mengapa harus dibatasi syarat?

Kini pesan - pesanku tak lagi tersampaikan

karena tak ada yang mengantarnya

atau mungkin karena ia tak mau menerimanya

kapankah aku bisa menjadi aku?

Tak tercerai berai tak menjadi retak

kini ku hanya menunggu,,

menunggu mentari yang enggan menyapaku lagi

Mengaku malaikat



Mataku seakan buta melihat keadaan

mulutku terkunci untuk ikut menghakimi

daraH yg teruS mengalir memberi isyrat kehidupan

seakan menjadi petunjuk bagi langkah kAkiku

kesaLahan bukan hanya miliK ia seorang

tetapi juga milik kedua tangan kita

terkadang kita hanya bisa mencela

tetapi tak pernah bisa membaca diri

apakah kita pernah berbuat kenistan yang sama??

Atau kita mengaku sebagai malaikat yang tak pernah salah

mulut kita seharusnya diberi belenggu untuk menahan kebodohan

bodoh dalam ucapan dan kenyang dalam hinaan.

Tawa yang terbenam


Sedihku tak lagi mimpi

amarahku kini bukan khayalan.

Sorot mata yang masih terbayang kini hanya menyisakan luka

menyisakan luka yg takan pernah terobati

menyisakan priH yg tak pernah terhenti

Aku rindu dengan tawaku sendiri

yag dulu sering kusuguhkan untuk orang lain

tapi kini telah pergi menjauh

salahkah aku menghadirkan senyum yang tak tulus?

Snyum yang berlinang air mata kekecewaan

amarah tanganku ingin keluar

tetapi ini bukan sbuah jalan

haruskah ku tetap berdiri teguh dengan ketidak mampuanku?

Berdiri menghadapi sebuah bencana,

bencana yang dulu hanya gurauan dan kini menjadi ketakutan yang nyata.

Janji yang hilang


Tanganku sudah tak bisa menggpai

embun pagi yang dulu sejuk, kini telah berubah

menjadi hngat, bahkan memanas

kukira sebuah janji benar -benar hutang,

tapi sampai sekarang tak pernah terbayar

air mata darah pun tak dpt membantu

tak bisa ikut serta

tak bisa mengusik lagi.

Harapan yang dulu kugantungkan

kini hanya tinggaL kenangan

menjauh pergi tanpa terlihat mata

nafas pun seakn terhenti, melihat gambaran masa depan yang gulita

masa depan yang tak kuinginkan

tetapi tetap memaksaku ikut dengannya

kapankah akhir semua pandanganku?

Apakah sekarang, esok , atau takan pernah berakhir?

Cahaya yang tersenyum


Kulihat sang mentari melambaikan tangan hangatnya

mencoba mendekap tanpa ada pamrih di sorot matanya

tetapi angin coba mengusirku, tuk menjauh dari inginku

bahkan ia mngikatku agar aku tak pernah melangkah.

seakan - akan aku ini memikul batu yang menempel di kedua kakiku

yang tetap menyuruhku diam tanpa ada usaha

ternyata smua ini hanya cemas dan risauku

masa lalu yg membuatku gelap kini cobA menghiburku

dengan memberi seorang guru yg tak pernah memegang buku

mengajariku berdiri bahkan berlari

menuju cahaya yang tersenyum ke arahku